بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله الذي بنعمته تتم الصالحات وبذكر أولياءه وصلحاءه تتنزل الرحمات والبركات والصلاة والسلام على سيد السادت وأشرف البريات سيدنا محمد وعلى أله وصحبه الأنجم الزاهرات .
أما بعد :
Berikut ini adalah sekelumit dari pada Biografi / Managib
al-Imam al-Alim al-Murobbi al-Habib Abuya As-Sayyid Ahmad Novel bin Abdullah Alkaff.
Nasab beliau :
Beliau adalah al-Imam al-Alim Al-Murobbi al-Habib Abuya Assayyid Ahmad Novel Bin Abdullah bin Ahmad bin Hamid bin Alwi al-Mulaqqob bil Yusrain bin Ahmad bin Abdurrahman bin Ahmad bin Muhammad bin Ahmad bin Muhammad bin Ahmad bin Muhammad bin Ahmad al-Mulaqqob bi al-Kaaf dan terus bersambung nasab beliau sampai kepada Baginda Nabi Muhammad SAW.
Lahir & Pertumbuhannya :
Al-Habib Ahmad Novel bin Abdullah alkaff atau yang sering disapa dengan panggilan ABUYA, dilahirkan dikota Palembang Sumatera Selatan pada Hari Jum’at tanggal 13 dzulqo’dah 1383 H bertepatan pada tanggal 27 maret 1964 M.
Beliau dilahirkan dari kedua orangtua yang sholeh & sholehah, sejak kecil beliau mendapatkan perhatian khusus dari kedua orang tuanya.
Ayahandanya yaitu al-Habib Abdullah adalah Seorang Pedagang yang Dermawan, yang senantiasa memberikan sedekah kepada orang-orang miskin, yatim piatu serta para janda dan juga senantiasa memberikan bantuan untuk pondok-pondok pesantren.
Ayahandanya pun adalah seorang pendakwah yang sangat gigih, pecinta majlis dan ulama. Tidak jarang ayahandanya senantiasa mengajak Abuya al-Habib Ahmad Novel alkaff untuk keliling hadir ke majlis-majlis dan ziarah kepada Para Habaib di kota Palembang.
Kakek Beliau adalah Al-Habib Al-Wali Al-Qutb Ahmad Bin Hamid Alkaff Maula Palembang yang dikenal dengan sebutan Habib Ahmad Wali.
Diceritakan bahwasannya, Suatu Hari dimasa kecilnya, Abuya Novel diajak oleh Guru beliau yaitu Al-Habib al-Ustadz Ali Bin Abdullah Al-Habsyi untuk hadir ke majlis al-Habib Alwi bin Ahmad Bahsin yang biasa disapa dengan panggilan (Mu’allim Nang), salah satu murid dari pada al-Habib Ahmad bin Hamid al-Kaaf kakek Abuya Novel. Pada saat itu al-Habib Alwi bin Ahmad Bahsin memandangi Abuya Novel dengan seksama, kemudian menuliskan dibuku catatan al-Habib Ali bin Abdullah al-Habsyi satu tulisan,
أظنه والله أعلم أحمد نوفل هذا يجذبه سر جده بواسطتك وأنت بواسطتي وأنا هو أعطاني فجزاه الله عني وعن المسلمين خيرا كثيراـ
“Wallahu a’lam, Aku Melihat didalam diri Ahmad Novel ini memikat Sir Rahasia Kakeknya al-Habib Ahmad bin Hamid Al-Kaaf dengan perantaramu, dan Engkau mendapatkan Sir tersebut dariku dan Aku telah diberikan Sir-nya tersebut langsung kepadaku. Semoga Allah membalas untukku dan untuk umat muslim balasan yang banyak.”
Pendidikannya :
Setelah lulus dari pada sekolah diniyyah, Abuya Al-Habib Ahmad Novel Al-Kaaf dimasukkan oleh kedua orang tuanya di Pondok Pesantren Ar-Riyadh Palembang. Dipondok itulah beliau belajar dasar-dasar ilmu agama seperti: Alquran, Al-Hadist, Fiqih, Siroh dan lain sebagainya, dibawah asuhan al-Habib al-Ustadz Ahmad bin Abdullah Al-Habsyi. Beliau lah guru setelah ayahandanya. Dimasa belajarnya di Pondok Pesantren Ar-Riyadh, Abuya Adalah seorang yang memiliki kecerdasan dan pemahaman yang sangat cepat serta dzauq atau selera dan empati yang sangat tinggi.
Pada umur Beliau 13 tahun, Beliau mendapatkan BEASISWA untuk dikirim ke Mekkah Al-Mukarromah oleh Gurunya yaitu Al-Habib Ahmad bin Abdullah Al-Habsyi (Pimpinan Pondok Pesantren Ar-Riyadh Palembang) bersama sebagian temannya yaitu Al-Habib Hamid Annaqib Bin Muhammad bin Syaikh Abi Bakar Bin Salim dan Al-Habib Umar Abdul Aziz bin Abdurrahman bin Syahab untuk meneruskan pelajarannya di Pesantren Al-Alim Al-Allamah Al-Muhaddits Abuya Assayyid Muhammad Bin Alawi Al-Maliki Al-Hasani pada tahun 1979 M.
Abuya Novel adalah anak paling kecil yang dikirim ke Abuya As-Sayyid Muhammad Bin Alawi Al-Maliki. Ketika pertama kali berjumpa dengan Abuya As-Sayyid Muhammad beliau sempat marah kepada orang yang mengirimnya, Kenapa yang dikirim anak kecil. Akan tetapi setelah itu Abuya as-Sayyid Muhammad sangat sayang kepadanya. Sehingga beliau mendapatkan didikan dan perhatian khusus serta ditempatkan di kamar istirahatnya dan menjadi khadimnya.
Diceritakan oleh sebagian teman semasanya belajar disana, Abuya Novel adalah orang yang sangat dekat dengan Abuya As-Sayyid Muhammad dan juga beliau orang yang paling kuat dan sabar dalam berkhidmah kepada Abuya Assayyid Muhammad Al-Maliki, sebab tidak mudah dalam berkhidmah melayani Beliau, Dimana Abuya Assayyid Muhammad duduk disitu pasti ada Abuya Novel. Abuya As-Sayyid Muhammad pernah berkata kepada Abuya Novel,
يانوفل خدمتني خدمة لا أقدر أنساها
“Wahai Novel, Engkau telah berkhidmah kepadaku, suatu khidmah yang tidak akan bisa kulupakan.”
Dengan tekad hati yang kuat dan kesabaran yang besar dalam berkhidmah, Abuya Novel mendapatkan Jaminan Khusus dari Gurunya Abuya Assayyid Muhammad bin alawi al-Maliki dengan mengatakan kepadanya,
يانوفل أشفعك يوم القيامة
“Wahai Novel, kelak Aku akan memberimu Syafa’at di Hari Kiamat.”
Dipertengahan belajarnya dikota Mekkah, suatu hari Abuya Novel merasakan rasa jenuh yang mendorongnya ingin pulang ke tanah air karena rindu pada keluarganya, Beliau pun mendatangi Gurunya Abuya As-Sayyid Muhammad dan mengeluh akan apa yang dirasakan, maka setelah mendengarkan keluhan tersebut, Abuya as-Sayyid Muhammad tidak memberinya izin untuk pulang akan tetapi memerintahkan keluarga Abuya Novel untuk datang ke Kota Mekkah. Bahkan Abuya As-Sayyid Muhammad menyiapkan satu kamar khusus untuk menjadi tempat tinggal keluarga Abuya Novel, kamar itu pun diberi nama dengan sebutan “Ghurfah Ummi Novel”.
Guru-Guru Beliau:
Guru-guru Abuya Novel sangatlah banyak, diantara Guru Beliau yaitu,
- Muhaddits al-Haromain Abuya as-Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki al-Hasani
- Al-Habib Alwi bin Ahmad Bahsin ( Mu’allim Nang )
- Al-Habib Umar bin Syekh bin Syahab
- Al-Habib Ahmad bin Abdullah al-Habsyi ( Pimpinan Pondok Pesantren ar-Riyadh Palembang )
- Al-Habib Ali bin Abdullah al-Habsyi ( Ustad Ali Alim )
- Al-Habib Ali bin Husein Aidid
- As-Syekh Abdullah al-Lahji
- As-Syekh Hasan al-Masyaath
- As-Syekh Muhammad Ali ash-Shobuni
- As-Syekh Abdullah Dardum
- As-Syekh Ahmad ar-Ruqaimi
Dan masih banyak lagi daripada Guru-Guru Beliau.
Abuya Novel juga banyak berjumpa dan mengambil Sanad serta Talbis dan Talqim dari para Ulama dan Awliya’ dimasanya, seperti Al-Qutb al-Habib Abdul Qodir bin Ahmad as-Segaf, al-Habib Ahmad Masyhur bin Toha al-Haddad dan al-Habib Ali bin Ahmad bin Hasan al-Attos serta al-Habib Abdullah bin Muhammad bin alwi bin syahab.
Dakwah dan Penyebaran Ilmu:
Ditahun 1987 Abuya As-Sayyid Muhammad Al-Maliki memberikan isyarat kepada Abuya Novel untuk pulang ke tanah air setelah mendapatkan didikan dan perhatian khusus selama 8 tahun. Selama belajar disanalah Abuya Novel Mengarang satu karangan Kitab Sejarah Baginda Nabi Muhammad SAW yang diberi nama,
” تذكير أهل الهيام بسيرة خير الأنام “
Setelah pulang dari Makkah, Abuya Novel mengajar di almamaternya, yaitu Pondok Pesantren Ar-Riyadh, juga mengajar di Madrasah Darul Muttaqin, Palembang.
Abuya Novel memulai dakwahnya dengan membuka Madrasah Haramain, jembatan bagi anak-anak untuk masuk pesantren. Belajarnya malam hari sehingga kerap disebut dengan sebutan sekolah malam.
Beberapa lama mengajar di Palembang, Beliau diajak hijrah untuk mengajar diPondok Pesantren al-Khairot Bekasi oleh Al-Habib Hamid an-Naqib BSA dan al-Habib Ahmad bin Hasan Vad’aq setelah terjadinya permasalahan Syi’ah pada saat itu dikota Palembang.
Sebelum menjatuhkan pilihannya itu, Abuya Novel melakukan shalat Istikharah karena diPalembang Beliau juga sudah punya tanah dua hektare untuk dijadikan pembangunan pondok pesantren, yang sekarang dipegang oleh teman seperjuangannya sekaligus ipar Beliau, al-Habib Umar Abdul Aziz bin Abdurrahman bin Syahab yang telah mendirikan ditanah tersebut Pondok Pesantren Rubath Al-Muhibbin. Setelah shalat Istikharah, Abuya mendapat jawaban bermimpi pindah ke Madinah Al-Munawwarah, artinya Beliau harus hijrah.
Kemudian beliau sowan silaturrahmi ke Al-habib al-Ustadz Umar bin Ahmad Bin Syahab, seorang ulama dan wali di Palembang, untuk menanyakan perihal istikhorohnya itu. Maka Al-Habib al-Ustadz Umar bin Ahmad Bin Syahab menganjurkan kepadanya untuk Hijrah safar melakukan perjalanan. Akhirnya Beliau pun Hijrah dan Mengajar diPondok Pesantren al-Khairot Bekasi.
Pembangunan Pondok Pesantren Darul Habib
Setelah lima tahun mengajar di Bekasi, Abuya Novel mendapatkan sebidang tanah yang diwakafkan kepadanya didesa Munjul Ciambar, Parung Kuda, Sukabumi.
Pada tahun 1998, Beliau memulai dan merintis untuk membangun pondok pesantren, sedikit demi sedikit beliau berjuang untuk membangun satu demi satu bangunan dengan penuh kesabaran dan himmah yang kuat serta rasa tawakkal yang sangat tinggi.
Ketika Abuya ditanya soal dana untuk merintis dan membangun Pondok Pesantren serta menghidupi santri-santri yang belajar, Beliau pun tersenyum dan mengatakan,
الساقي باقي
“Yang Menuang atau Yang memberi itu Kan Slalu Ada”. kalau dihitung secara akal tidak akan mungkin, tapi Allah SWT selalu akan membantu dan memberi rizqi.
ما كان لله دام واتصل
“Hal yang dibangun karena Allah terus akan berlanjut dan akan berkesinambung.”
Dahulunya Pondok Itu bernama Darul Hijroh, setelah berjalannya waktu serta adanya Isyaroh dan Bisyaroh maka Pondok Pesantren yang beliau Bangun tersebut diubah menjadi DARUL HABIB.
Dengan Semangatnya yang berapi-api dan Tarbiyahnya yang sangat terpuji serta Sifat Istiqomah dan Ikhlas yang dimiliki, timbullah banyaknya animo masyarakat untuk menitipkan putra dan putrinya kepada Abuya Novel Alkaff.
Alhamdulillah perjalanan selama kurang lebih satu dekade Pondok Pesantren Darul Habib dibangun diatas tanah seluas 1,4 hektare dan telah menampung sekitar 250 santri pada saat itu. Dikarenakan minimnya tempat tinggal atau Asrama yang menampung para pelajar ditanah seluas 1,4 hektare itu, maka muncul gagasan Beliau untuk mengembangkan Pondok Pesantren Darul Habib, sehingga Pondok Pesantren Darul Habib yang lama ditempati untuk Pelajar Putri dan Pondok Pesantren Darul Habib yang dibangun diatas tanah seluas kurang lebih 5 hektare ditempati untuk Pelajar Putra.
Didalam membangun pondok pesantren, Beliau ingin sekali menghilangkan perasangka masyarakat yang subjektif dan tidak tepat tentang penilaian pondok pesantren yang kumuh dan tidak rapi sehingga beliau membangun dan memberikan fasilitas sarana dan prasarana yang baik dan indah untuk dinikmati oleh anak santri dan santriwati serta tamu yang berkunjung.
Menjadi kebiasaan Beliau Melaksanakan Sabdanya Rosullullah SAW,
إن الله يحب إذا عمل العبد عملا أن يحسنه ويتقنه
“Sesungguhnya Allah SWT mencintai seorang Hamba yang apabila bekerja, mengerjakannya secara Bagus dan Profesional.”
Dengan Hadits tersebut, Begitu jualah beliau praktikkan dalam segala hal yang barkaitan dengannya, semuanya harus profesional, bagus, rapi , indah dan bersih.
Tatkala al-Mufakkir Al-Habib Abu Bakar Adni Bin Ali Al-Masyhur berkunjung ke Pondok Pesantren Darul Habib beliau menceritakan didalam qosidahnya akan kunjungannya tersebut.
“Di waktu Ashar itu kami berjalan melanjutkan dakwah, Dan ditengah perjalanan kami tersambung hubungan dengan al-Habib Novel al-Kaff untuk berkunjung ke Pondok Pesantrennya.
ياخير معهد مرتب # وكل طالب مؤدب # و بارك الله سنينه
“Sungguh Pondok Pesantrennya Terbaik dan Tertib serta setiap santrinya memiliki adab, mudah-mudahan Allah senantiasa memberikan kerberkahan didalamnya.”
Tarbiyah dan Perhatiannya terhadap santri :
Hal yang paling utama yang beliau berikan untuk santrinya adalah tarbiyatul akhlaq. Jiwa mereka dididik sopan santun, rendah hati, merasa diri hina di hadapan Allah SWT dan sesama. Tidak boleh sombong dan membanggakan diri.
Beliau mengatakan,
من يتذلل لله ولشيخه صار عزيزا عند الله
“Siapa orang yang mau merendahkan diri untuk Allah dan Gurunya maka hakikatnya ia agung disisi Allah SWT.”
Dari rahasia kesuksesannya dalam mendidik dan mengajar para santrinya adalah Semangat untuk memberikan perhatian dan rasa cinta terhadap santri-santrinya.
Beliau mengatakan, “kesuksesan seorang santri dalam menuntut ilmu, dapat diraih dengan adanya 3 faktor; Guru yang semangat, Anak yang Giat dan Orangtua yang Kuat, ketika ketiganya bersinergi maka kesuksesan pun akan terjadi.”
Diawal dalam merintis pondok, Abuya kerap makan dan tidur bersama para santri-santrinya, demi memberikan perhatian khusus dari awal mereka bangun tidur sampai mereka kembali tidur.
Beliau akan menanyakan santri-santri yang tak terlihat dari pandangannya, dan juga Beliau tidak akan tinggal diam, apabila melihat sedikit atau secuil kesalahan yang dilakukan oleh santrinya baik itu dari segi akhlaq, kebersihan, ketertiban, konsisten dalam waktu dan peraturan, pembelajaran dan lain sebagainnya, sehingga beliau mengatakan,
الذي يحبك ينصحك
“orang yang mencintaimu pasti akan menasehatimu.”
والذي لا يحبك لا يسأل عنك
“Dan orang yang tidak mencintaimu, ia tidak akan menanyakan dirimu.”
seperti halnya salah dalam Gaya atau Cara membaca. beliau mengatakan,
القراءة نصف العلم , اقرأ حتى يفهم من يسمع قراءتك ولوكان بدون كتاب
“Membaca itu Setengahnya Ilmu maka Bacalah dengan bagus sehingga orang yang mendengar bacaanmu itu, faham walaupun mereka tidak memegang kitab.”
Dari segi belajar beliau sering mengingatkan apa yang dikatakan oleh Rosullullah SAW kepada Sayyidina Zaid bin Haritsah,
عرفت فالزم
“ketika engkau sudah mengetahui suatu ilmu maka lazimkanlah untuk mengamalkannya.“
dan juga beliau sering mengatakan,
الفرصة إذا ما أخذتها رجعت عليك بغصة
“kesempatan jika tidak kau ambil maka akan menjadi penyesalanmu.”
Ketika ditanya perihal beliau menolak ketika diundang untuk ceramah, Beliau mengatakan, “Sekarang saya fokus di pesantren, karena mengurus santri ini perlu konsentrasi penuh, perlu kesabaran yang luar biasa, apalagi santri berasal dari seluruh Indonesia dan luar negeri dengan latar belakang dan budaya yang berbeda-beda. Kalau saya berdakwah juga di luar, anak-anak nanti bisa tidak terkontrol”.
Beliau selalu mengajarkan dan menanamkan kepada para santri-santrinya rasa Cinta Sejati kepada Rosullullah SAW, dengan menteladani perangai-NYA dan memperbanyak Sholawat atas-NYA. Beliau mengatakan,
مقدار محبتك بالنبي مقدار متابعتك بالنبي
“kadar Cintamu kepada Nabi sesuai bagaimana pengikutanmu terhadap Nabi.”
Dengan rasa cinta tersebut, Beliau memerintahkan kepada segenap santrinya untuk menghafal berbagai macam Shigoh atau Teks Sholawat agar hati mereka slalu terpaut dengan kecintaan pada Rosullullah SAW.
Sifat-Sifatnya :
Abuya Al-Habib Ahmad Novel al-Kaaf memiliki Akhlaq dan Budi Pekerti yang luhur. Seorang yang penuh senyum, lemah lembut dan rendah hati.
Dari pada akhlaqnya yang mulia, Beliau Sangat menjunjung tinggi setiap tamu yang ingin bersilaturahmi. Tidak sedikit tamu yang datang kepadanya, baik dari dalam negri ataupun luar negri. Hampir semuanya berkesan ketika pertama kali berjumpa dengannya. Bagaimana tidak, semua tamu disambut dengan wajah yang berbinar-binar dan senyuman indah serta sambutan yang hangat.
Betul apa yang dikatakan Penyair,
بشاشة وجه المرء خير من القرى # فكيف يحمل القرى وهو يتبسم
“Senyuman dan keramahan wajah tuan rumah itu lebih baik dari pada Jamuan, apalagi jika ia menyuguhkan jamuan sambil tersenyum.”
Itulah perangai Abuya Novel yang selalu menyuguhkan tamu-tamunya dengan senyuman yang indah, menghidangkan makanan serta minuman yang istimewa bahkan beliau membangun tempat tinggal khusus yang bagus nan mewah. Sehingga beliau pantang membiarkan tamunya pulang sebelum mereka kenyang dan hati pun girang.
Sebagaimana dikatakan,
كان كرمه يصل إلى حد الإسراف إلا أنه لا إسراف في الكرام
“Jamuannya hampir melampaui batas akan tetapi tidak ada batasan didalam jamuan.”
Abuya Novel adalah Sosok pribadi yang berkarisma dan berwibawa, Tegas dan Berani, memiliki dzauq atau selera dan empati yang sangat tinggi. Menguasai segala aspek kehidupan dunia dan akhirat. Setiap keputusan yang beliau ambil, memberikan keterpuasaan bagi orang lain.
Dibalik ketegasan Beliau, tersimpan rasa cinta dan kasih sayang terhadap siapapun, sehingga pantas beliau menyandang apa yang dikatakan Sayyidina Ali bin Abi Tholib ketika menyifati baginda Nabi Muhammad SAW,
من رآه بديهة هابه ومن خالطه معرفة أحبه
“orang yang melihatnya secara sekilas akan gentar dengan wibawanya akan tetapi apabila sudah duduk bersamanya dan mengenalnya maka dia akan jatuh cinta kepadanya.”
Seorang sosok yang gemar memberi tanpa rasa pamrih, tidak sedikit yang beliau keluarkan, untuk memberi bagi mereka yang membutuhkan. Sudah menjadi kesenangan dan kebiasaan Beliau melaksanakan kalimat Hikmah,
أنفق ما في الجيب يأتيك ما في الغيب
“Infaqkanlah Harta yang ada disakumu, niscaya akan datang Harta dari arah yang tidak engkau ketahui.”
Sering kali apa yang beliau keluarkan dibalas lebih banyak oleh Allah SWT. Dengan kedermawanan inilah, Beliau mendapatkan segala apa yang dinginkan.
Kecintaan kepada Rosullullah SAW dan Menapak diatas jalan Leluhurnya Salafush Sholeh menjadi Prioritas dalam hidupnya. Hubungan ikatan yang kuat tertanam didalam hati dan fikirannya, sehingga apapun yang beliau buat dan putuskan, semata-mata demi Rosullullah SAW dan Salafush Sholeh ridho serta senang terhadapnya. Tak jarang beliau mimpi berjumpa dengan Rosullullah SAW dan Para Aulia’. Baginya membaca dan mempelajari sejarah indah Rosullullah SAW dan kehidupan para Salafus Sholeh adalah salah satu cara untuk memotivasi diri, sampai mana peneladan beliau terhadap Rosullullah SAW dan Leluhurnya Salafush Sholeh.
Beliau Juga adalah Sosok yang sangat cinta dan wafa’ atau loyal terhadap gurunya Abuya as-Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliky, tidak hanya ketika beliau Hidup bahkan sepeninggalan sang guru, Abuya Novel tetap menjaga wafa’ atau loyalitas terhadap Gurunya. Dengan tetap menjalin hubungan yang erat dengan keluarga gurunya, khususnya kepada Khalifah Abuya As-Sayyid Ahmad bin Muhammad al-Maliky.
Abuya Novel sangat menghormati Abuya as-Sayyid Ahmad, beliau menjadikannya Musyriful Ma’had dipondoknya serta memperlakukannya laksana seorang Guru, dengan selalu meminta do’a dan arahan serta pandangan darinya, mengirim anak dan sebagian murid beliau ke Rushaifa Mekkah untuk belajar padanya, bahkan beliau berkhidmah secara totalitas sebagaimana dahulu ia berkhidmah kepada Gurunya.
Wafatnya Beliau :
Beberapa bulan sebelum pulangnya beliau ke haribaan Allah SWT, Beliau sendiri dengan gigih dan semangatnya untuk mendidik, memperhatikan dan mengajar langsung keluarga serta para santri-santri yang masih menetap di Pondok Pesantren Darul Habib selama masa liburan.
Sampai tibalah rasa sakit yang beliau alami sehingga mengharuskan untuk dirawat dirumah sakit. Beliau wafat pada hari senin 20 dzulhijjah 1441 H bertepatan pada tanggal 10 Agustus 2020 M. Beliau dimakamkan diarea Pondok Pesantren Darul Habib Putra, banyak dari para pecinta dan muridnya yang hadir untuk ikut menyolatkan dan memakamkan Beliau.
Abuya Novel meninggalkan 13 orang anak, 9 laki-laki dan 4 perempuan dan sesuai yang telah ditetapkan Musyriful Ma’had Abuya As-Sayyid Ahmad bin Muhammad al-Maliki bahwa sepeninggalan Abuya Novel yang menjadi peganti atau kholifahnya yaitu Abuya Assayyid Muhammad Baqir Bin Ahmad Novel Alkaff.
56 Tahun dari umurnya yang penuh berkah, Beliau telah berhasil mencetak pemuda dan generasi yang tangguh, membangun madrasah dan pondok pesantren serta meninggalkan kesan yang baik untuk semua orang.
يارب واكرمنا بسر شيخنا شيخ المربي وارث أحمد ، وصل يارب على محمد وأله وصحبه الأمجد
والحمد لله رب العالمين.
جمعه وكتبه العبد الفقير إلى رحمة ربه ، عيدروس بن علوي الحداد عفا الله عنه ورزقه رضا شيخه ووالديه.
آمين يارب العالمين
سوكابومي ، 15 ذوالحجة 1442